28 Oktober 2008

Cara Tepat Mengajarkan Membaca dan Menulis

Cara yang tepat mengajarkan membaca dan menulis bagi anak usia dini adalah dengan cara bermain, sesuai dengan tahapan perkembangannya. Mulai edisi ini kita akan bahas jenis bermain apa saja yang dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulis anak serta bagaimana cara melakukannya. Sebelumnya perlu dipahami dulu kompetensi yang harus dikuasai sebelum anak menguasai kemampuan membaca dan menulis. Beberapa kompetensi dimaksud adalah: (1) meningkatnya jumlah kosa kata yang dikuasai (dipahami); (2) mengetahui dan dapat menjalankan perintah; (3) dapat bertanya; (4) bercakap-cakap dengan orang lain, yakni memahami apa yang dikatakan orang lain dan apa yang dikatakannya dipahami orang lain; (5) bercerita atau menjelaskan/menggambarkan sesuatu dengan serangkaian kata-kata; (6) mengenal ”sesuatu” berdasarkan nama, bentuk, ukuran, warna, suara, tekstur, bau, sifat, kegunaan dan komponennya; (7) mengetahui kegunaan bahasa tulis dalam kehidupan sehari-hari; (8) labeling (mengenal bentuk huruf, mengasosiasikan kata); (9) pura-pura membaca; (10) memegang alat tulis; (11) menggambar dan melukis; (12) mencontoh huruf; (13) melengkapi kata; dan (14) merangkai kalimat. Guna melatihkan kompetensi diatas, sedikitnya empat kegiatan yang dapat dilakukan untuk anak usia empat tahun keatas. Kegiatan dimaksud adalah meningkatkan perbendaharaan kata, mencontoh huruf dan mengenal bentuk huruf, membaca ”pura-pura”, merangkai dan melengkapi kata.

Meningkatkan Perbendaharaan/Kosa Kata
Penguasaan kosa kata sangat penting dalam berbahasa dan berkomunikasi. Tingkat keterampilan bercakap-cakap ditentukan oleh tingkat penguasaan kosa kata, dan secara umum anak usia 5-6 tahun telah menguasai 5.000-8.000 kosa kata. Penguasaan kosa kata anak sangat ditunjang oleh media radio dan televisi, meski sebagian diantaranya tidak dipahami anak (rata-rata 10-20% dari seluruh kosa kata yang dikuasai anak). Pada anak yang menggunakan bahasa ibu sama seperti bahasa yang dipergunakan radio dan televisi akan mengalami percepatan penguasaan kosa kata yang sangat berarti bila dibandingkan anak yang menggunakan bahasa ibu lainnya. Penguasaan kosa kata bertalian erat dengan penguasaan konsep yang sangat diperlukan anak dalam menguasai science, matematika, dan kecerdasan kognisi secara menyeluruh. Dengan kata lain penguasaan kosa kata yang disertai dengan konsep atau pemahaman atas kosa kata merupakan pintu penguasaan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini kemampuan untuk mengenal ”sesuatu” menjadi sangat penting dan harus menjadi satu kesatuan dengan peningkatan perbendaharaan kata. Pada saat anak belajar mengenal ”sesuatu”, selain mengetahui nama ”sesuatu”, anak juga memahami bentuknya, warnanya, ukurannya (panjang, tinggi, berat), teksturnya, sifat umumnya, bagian-bagiannya (jika memiliki bagian-bagian yang dapat dilihat), suaranya (jika bersuara), dan baunya (jika ada baunya). Yang paling tepat untuk belajar mengenal ”sesuatu” sebaiknya langsung dengan ”sesuatu” atau benda aslinya. Dalam hal ini tentu saja tidak bisa semua benda aslinya dikenalkan kepada anak, oleh karena itu media/alat permainan sangat membantu proses pembelajaran ini. Beberapa media yang dapat dipergunakan antara lain figure dan flash card. Figure berupa tiruan sebuah benda yang biasanya ukurannya lebih kecil dari benda aslinya, sedangkan flash card adalah kartu dengan ukuran paling kecil seperempat halaman folio bergambar dan disertai tulisan yang menunjukkan nama gambarnya.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kosa kata anak antara lain bermain boneka panggung, kantong/kotak misteri, tebak-tebakan, mengisi teka-teki silang, bermain drama (makro dan mikro), berita beranting, bersajak, ”membaca” gambar, merekam suara, tempel label, bermain puzzle, bermain lotto gambar-kata, dan sebagainya. Sering-seringlah melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan penguasaan kosa kata anak, mengingat sedemikian pentingnya kosa kata dalam berbahasa, berkomunikasi dan kemampuan membaca dan menulis anak.

Mencontoh Huruf
Mencontoh huruf merupakan kegiatan ”awal” menulis, yang tentu saja harus didasari dengan kemampuan motorik halus lainnya, seperti kemampuan memegang pensil dan kelenturan pergelangan tangan serta keluwesan membuat garis. Selain untuk memperkuat motorik halus, mencontoh huruf memberikan ”rasa berhasil” kepada anak agar anak menyenangi kegiatan menulis. Kegiatan mencontoh huruf yang populer di lembaga pendidikan anak usia dini saat ini adalah menebalkan huruf bertitik-titik. Kegiatan ini tidak sepenuhnya benar, karena selain tidak bermakna dimana anak menebalkan huruf demi huruf yang sama (huruf ”a” saja satu halaman penuh), kegiatan ini juga membosankan anak. Sebaiknya huruf yang ditebalkan merupakan rangkaian huruf atau kata, dan akan lebih baik apabila diatas rangkaian huruf (kata) dilengkapi dengan gambar yang sesuai dengan kata yang ditebalkan. Kegiatan lain untuk mencontoh huruf yang lebih menyenangkan adalah mencontoh huruf dengan menggunakan berbagai media seperti papan pasir, daun pisang dengan lidi, sabak, papan magnetik, karbon berlapis plastik, pantai atau halaman berpasir, dan sebagainya. Berikan contoh kata dengan dituliskan diatas selembar kertas agar setiap anak mendapatkan kata yang berlainan. Variasi kegiatan ini anak dapat menulis contoh kata dengan lidi atau korek api, playdough atau tanah liat, biji-bijian atau kerikil, dan sebagainya. Disini, media tersebut yang dijadikan tulisan.
Pada saat anak dilatih mencontoh huruf, sekaligus anak harus dikenalkan dengan bentuk huruf. Berdasarkan kesamaan bentuknya, huruf kecil dapat dikelompokkan menjadi (1) adbqpg; (2) oce; (3) nhmu; (4) vwxy; (5) ft; (6) ijl; dan (7) k-r-s-z. Sedangkan huruf besar dikelompokkan sebagai berikut: EFH-ILT-CGOQ-PR-VWXY-KMN-SZ-A-B-D-J-U. Cara pengelompokan huruf berdasarkan bangun yang membentuknya, huruf kecil dibentuk oleh enam bentuk (titik, garis panjang, garis pendek, tiga lengkung-beda ukuran) dan huruf besar dibentuk dari empat bentuk (garis panjang, garis pendek, dua lengkung). Pengelompokan ini untuk memudahkan anak mengingat bentuk huruf yang memang hampir sama itu. Pengenalan dengan cara lain dapat dilakukan sejauh tidak menambah kerumitan berpikir otak anak pada saat huruf-huruf digabungkan menjadi sebuah kata. Gunakan huruf depan nama anak untuk mengenalkan huruf, misalnya f untuk fira, dan biarkan pula setelah itu anak membaca semua kata dengan huruf depan f (fashion, format, fasilitas) selalu dibaca fira. Hindari mengasosiasikan huruf ”f” dengan keris (bentuk huruf f mirip keris didalam sarung), atau huruf ”h” dengan kursi, sebab cara ini akan menyulitkan anak manakala digabungkan menjadi sebuah kata (fh akan dibaca atau setidaknya dipahami anak sebagai keris disandarkan kursi!)
Media atau alat permainan yang dapat dipergunakan untuk mengenalkan bentuk huruf ini antara lain poster abjad, penggaris stensil, karton bentuk huruf, stempel huruf, dan kartu ciluk-baa™. Poster abjad adalah sebuah poster yang setiap abjadnya terdiri dari huruf kecil, huruf besar dan gambar dengan kata berhuruf depan sama, misalnya apel untuk a dan A. Penggaris stensil adalah sebuah papan plastik yang berisi huruf a sampai z, besar dan/atau kecil, yang biasanya dipergunakan untuk menulis di papan atau kertas lebar. Karton bentuk huruf adalah karton atau bahan lain yang terdiri atas titik, garis panjang, garis pendek, tiga lengkung-beda ukuran (untuk huruf kecil) dan garis panjang, garis pendek, dua lengkung (untuk huruf besar). Stempel huruf terdiri atas 26 huruf kecil dan 26 huruf besar dengan ukuran tinggi huruf minimal 2 cm untuk huruf kecil dan untuk huruf besar menyesuaikan.

Membaca ”Pura-pura”
Saat kita, orang dewasa melihat anak sedang berpura-pura membaca sering kita abaikan atau kalau tidak kita menganggap mereka sedang bermain drama dan bahkan tidak jarang kita meledek mereka dengan nada merendahkan. Sebenarnya inilah saat yang tepat untuk memulai pembelajaran membaca bagi anak secara intensif. Tepat karena anak mulai memiliki perhatian terhadap kegiatan membaca. Anak telah pula memahami cara kerja sebuah buku dengan tepat. Sangat menyenangkan apabila anak diajak untuk membuat buku bersama-sama. Sediakan kertas yang cukup tebal dan jilid seperti sebuah buku. Guntinglah serangkaian gambar berseri yang memiliki alur cerita, tempelkan sesuai urutannya di kertas yang telah dijilid sebelumnya. Karanglah tulisan bersama-sama anak untuk disertakan di bagian bawah gambar. Sebaiknya kalimatnya singkat saja sehingga mudah diingat anak. Bagus juga jika menggunakan kalimat berirama. Lebih menyenangkan lagi jika anak diajak membuat buku karangan anak sendiri. Gunakan foto keluarga anak untuk pengganti gambar berseri. Komentar atau cerita anak tentang masing-masing foto dituliskan guru atau orangtua dibawah setiap foto, dengan kalimat yang juga singkat. Bacakan kembali satu dua kali setiap selesai menuliskan.
Selain menggunakan buku buatan sendiri untuk mendorong kegiatan membaca pura-pura, buku anak yang beredar di pasaran dapat digunakan. Pilih tulisan atau ceritanya yang tidak terlalu panjang. Bacakan pelahan dengan intonasi yang jelas sampai buku selesai, tidak perlu langsung diulangi. Bacakan kembali esok hari atau atas permintaan anak. Jangan lupa berikan waktu kepada anak untuk ”membacakan buku” kepada teman-temannya atau kepada kita.

Merangkai dan Melengkapi Kata
Merangkai kata memiliki dua pengertian, pertama merangkai abjad sehingga menjadi sebuah kata, dan yang kedua merangkai kata menjadi kalimat. Dalam pembelajaran membaca dan menulis anak usia dini, merangkai kata mengandung dua pengertian tersebut. Berbeda dengan mencontoh huruf, merangkai abjad menjadi sebuah kata dilakukan setelah anak mulai dapat membaca atau setidaknya mulai mengenali (hafal) kartu kata. Untuk merangkai kata menjadi kalimat, kegiatan yang dapat dilakukan anak anak merangkai kartu-kartu kata. Kartu-kartu kata ini merupakan potongan kartu, dimana masing-masing potongan bertuliskan hanya sebuah kata yang bermakna bagi anak. Hindari kata-kata yang tidak memiliki arti, seperti misalnya cicu, dudu, zizi, dan sebagainya. Pengecualian bila kata-kata yang tidak memiliki arti merupakan nama anak yang ada. Sebaiknya pergunakan kartu dengan ukuran yang sama dan dengan huruf yang memiliki ketinggian sama. Ketinggian huruf untuk anak usia tiga tahun tidak kurang dari tiga setengah centimeter. Meski pun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan huruf guntingan dari bahan cetakan, seperti kalender, judul berita di koran/majalah, dan sebagainya. Awali dengan memberikan sebuah contoh kalimat, baik secara bersama dengan contoh dituliskan di papan tulis atau pun sendiri-sendiri dengan contoh ditulis pada selembar kertas. Selanjutnya bebaskan anak untuk merangkai kalimatnya sendiri.
Kegiatan untuk mengembangkan kemampuan anak merangkai abjad sehingga menjadi sebuah kata lebih banyak lagi, dengan ragam media yang juga lebih banyak. Beberapa media yang dapat digunakan anak adalah penggaris stensil, stempel huruf, kartu huruf, puzzle abjad, merjan (ronce) huruf, dan abjad bermagnet (magnetic alphabet). Salah satu kegiatan yang secara umum menarik bagi anak adalah memancing huruf. Untuk kegiatan ini sediakan alat pancing (joran) dengan kail magnet dan kartu huruf yang diberi klip logam, kartu huruf ini akan lebih menarik bila bentuknya seperti ikan, dengan jumlah yang memadai atau cukup untuk semua anak yang ikut bermain. Sebelum anak-anak memulai kegiatan memancingnya, berikan tugas kata apa yang harus disusun oleh setiap anak. Tugas dapat diberikan secara tertulis maupun lisan. Sedangkan kata yang harus disusun oleh masing-masing anak sebaiknya tidak sama agar permainan berjalan lebih seru dan anak tidak belajar nyontek dari temannya.
Melengkapi kata merupakan kegiatan melengkapi huruf yang dihilangkan dari sebuah kata (biasanya satu huruf). Selain untuk menambah kosa kata kegiatan ini melatih ketepatan penulisan, kesalahan yang paling sering kita lakukan sampai dewasa. Kegiatan ini sebaiknya diawali dengan menggunakan flash card yang salah satu hurufnya dihilangkan. Bentuknya seperti kartu dengan lebar seperempat halaman folio, bergambar dan disertai tulisan yang menunjukkan nama gambarnya. Sebagai contoh gambar apel dengan tulisan dibawahnya ”a...el”. Berikutnya dapat menggunakan kartu kata yang dihilangkan salah satu hurufnya dan tentu saja kata yang akan dilengkapi anak akan lebih beragam. Misalnya kata ”b...ku”, bisa menjadi ”buku”, ”baku”, ”beku”, ”biku”, dan tentu tidak untuk kata ”boku” yang tidak memiliki arti dalam bahasa Indonesia. Sebaiknya setelah anak melengkapinya, mintalah anak untuk menjelaskan arti kata yang berhasil disusunnya. Permainan yang juga menarik bagi anak untuk ini adalah skrabel (scrabell) dan mengisi teka-teki silang.

Kegiatan Tambahan
Selain kegiatan diatas, biasakan anak untuk:
1. Akrab dengan kegunaan tulisan dalam kehidupan sehari-hari. Ajak anak memasak makanan dengan menggunakan resep atau arahkan agar anak mau bermain drama (macro dramatic play) yang melibatkan tulisan, seperti resep obat saat anak bermain dokter-pasien-apotek, menu saat anak bermain restoran, daftar belanjaan dan daftar harga saat anak bermain supermarket. Menarik juga setelah kegiatan keluar lembaga anak dimintalah membuat laporan tertulis dalam bentuk gambar, tulisan atau gabungan gambar dan tulisan.
2. Menuliskan atau menerakan namanya pada setiap hasil karya anak. Mula-mula beri kesempatan mereka untuk mencontoh tulisan nama dirinya. Secara bertahap biasakan anak untuk memberi judul dan menuliskan judul pada setiap hasil karya mereka.

Bagaimana cara melakukan jenis-jenis permainan secara terinci akan dibahas pada edisi mendatang.

Tidak ada komentar: